Pemberian nama jalan di berbagai daerah di Indonesia biasanya berupa ciri khas jalan tersebut, nama tokoh atau nama pahlawan yang ditetapkan...
Pemberian nama jalan di berbagai daerah di Indonesia biasanya berupa ciri khas jalan tersebut, nama tokoh atau nama pahlawan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat. Di Bandung juga demikian, tetapi lucunya ketika pemerintah daerah mengganti nama jalan yang biasanya sudah melekat dan terkenal keudian diganti dengan nama pahlawan sehingga seolah jalan ini memiliki 2 nama. Masyarakat terlanjur familiar dengan nama lama dibanding nama resmi yang telah ditetapkan.
Sebetulnya penentapan nama jalan dengan nama tokoh yang berjasa ini telah berlangsung sejak jaman Belanda tetapi karena terkadang saat ini penggantian ini tidak memperhatikan sisi historis maka akhirnya nama jalan ini tetpa kurang populer dibanding nama lamanya.
Nah berikut nama jalan di Bandung yang telah diganti dengan nama pahlawan tetapi tetap lebih populer nama lamanya :
- Jalan R.A.A Wiranatakusumah (Cipaganti)
Cipaganti terkenal sebagai jalan di utara Bandung yang namanya diubah menjadi Jl. R.A.A Wiranatakusumah. Beliau ini adalah Bupati Bandung yang menemukan wilayah Cipaganti ketika memindahkan ibukota Bandung dari Dayeuhkolot ke Bandung baru atas perintah Daendels agar pemerintahan Bandung dekat dengan jalan raya pos. Sebagai penghargaan jalan cipaganti yang membentang dari Jalan Wastukancana hingga Jalan Setiabudhi. Tetapi walaupun sudah beberapa tahun diganti hingga saat ini nama Cipaganti lebih terkenal termasuk seperti penyebutan Mesjid bersejarah di daerah tersebut dengan Mesjid Cipaganti.
![]() |
Mesjid Raya Cipaganti di Jl. R.A.A Wiranatakusumah |
- Jalan H.O.S Cokroaminoto (Pasirkaliki / Paskal)
Jalan yang membentang dari perempatan dengan jalan kebon jati hingga jalan pasteur ini asalnya bernama Jl. Pasirkaliki atau disingkat dengan nama Paskal yang kemudian diganti nama menjadi Jl. H.O.S Cokroaminoto untuk menghargai beliau sebagai pahlawan nasional Indonesia pendiri Sarekat Islam (SI). Lucunya hingga saat ini banyak warga Banung yang bingung ketika ditanya dimana Jl. Cokroaminoto tetapi langsung mudah menunjukkan arah ketika ditanya Pasirkaliki atau Paskal. Ini juga didukung dengan berdirinya pusat perbelanjaan besar di daerah tersebut yang tetap menggunakan naa paskal yaitu Paskal Hyper Square sehingga nama Pasirkaliki tetap melekat di Bandung. Bahkan hingga hari ini pun google maps dan Google Street View masih mencantumkan nama jalan Pasirkaliki untuk area tersebut.
![]() |
Paskal Hyper Square di Jl. H.O.S Cokroaminoto |
- Jalan K.H. Wahid Hasyim (Kopo)
Jalan Kopo merupakan jalan yang menghubungkan Kota Bandung dengan Kabupaten Bandung arah Soreang. Pada masa Presiden Gusdur nama jalan ini diubah menjadi Jalan K.H. Wahid Hasyim sebagai penghormatan kepada pendiri NU tersebut yang juga merupakan Pahlawan Nasional.
Hingga saat ini nama kopo tetap dominan dan lebih populer didukung dengan nama beberapa daerah yang dilewati jalan tersebut yang menggunakan nama Kopo seperti Kopo Sayati, Kopo Bihbul dan Taman Kopo Indah.
- Jalan K.H Ahmad Dahlan (Banteng)
Jalan Banteng adalah jalan yang membentang dari Jalan Buahbatu hingga Jalan Pelajar Pejuang. Jalan - jalan di daerah tersebut dahulu diberi nama dengan nama - nama binantang sehingga di daerah tersbut kita bisa temui nama - nama semacam Jl. Sancang, Jl. Gajah, Jl. Macan, Jl. Kancil termasuk Jl. Banteng ini. Kemudian untuk menghormati pendiri Muhammadiyah dimana di Jl. Banteng ini terdapat RS. Muhammadiyah dan bersinggungan dengan Mesjid Mujahidin yang terletak di Jl. Sancang maka digantilah nama Jl. Banteng menjadi Jl. K.H. Ahmad Dahlan.
Walaupun begitu nama Jalan Banteng tetap dikenal masyarakat Bandung hingga saat ini setelah beberapa tahun penggantian nama. Lucunya sebetulnya ada jalan - jalan kecil yang bermuara ke Jl. K.H Ahmad Dahaln ini yang tetap bernama lama yaitu Jalan Banteng Kecil dan Jalan Banteng Dalam. Dahulu dinamakan Jl. Banteng Kecil karena jalan kecil yang bermuara ke Jl. Banteng, kan jadi absurd kalau diubah menjadi Jl. K.H Ahmad Dahlan Kecil hehe.
- Jalan Ibrahim Adjie (Kiara Condong)
Jalan yang membentang dari Cicadas hingga perempatan Soekarno - Hatta kemudian bersambung sebagai Terusan Kiara Condong hingga area Ciwastra ini diganti namanya menjadi Jalan Letjen Ibrahim Ajie, mantan Panglima Kodam III/Siliwangi yang menumpas gerakan DI/TII dan menangkap pimpinan DI/TII S.M. Kartosuwiryo.
Walaupun begitu hingga saat ini nama Jl. Kiaracondong tetap lebih dikenal dan disebutkan oleh masyarakat didukung dengan keberadaan pasar yang bernama Pasar Kiaracondong dan juga Stasiun Kereta Api Kiaracondong yang melayani kereta kelas ekonomi. Bahkan akronim sebutan Kircon pun lebih terkenal dibanding nama resminya Jl. Ibrahim Ajie.
![]() |
Stasiun Kiaracondong |
- Jalan Inggit Garnasih (Ciateul)
Jalan yang terkenal sebagai pusat penjualan motor bekas ini diubah namanya menjadi Jl. Ibu Inggit Garnasih sebagai penghargaan kepada Istri Soekarno yang merupakan orang Bandung dan tinggal di Jl. Ciateul ini. Saat ini rumah bersejarah tempat tinggal Inggit Garnasih dan Soekarno tersebut dijadikan museum. Walaupun nama jalan telah resmi menjadi Jl. Ibu Inggit Garnasih tetapi nama Jalan Ciateul masih lebih familiar di kalangan masyarakat.
![]() |
Rumah Bersejarah Inggit Garnasih |
- Jalan A.H Nasution (Ujung Berung)
Dimulai dari Terminal Cicaheum terus membentang dari barat ke arah timur yang merupakan Jalan Raya Timur pada jaman Belanda dan merupakan bagian dari jalan raya pos yang menghubungkan anyer hingga panarukan pada masa Daendels saat ini memiliki nama resmi Jalan A.H. Nasution sebagai penghargaan kepada Jenderal Besar Bintang Lima A.H. Nasution yang berhasil selamat pada peristiwa G30S/PKI yang juga pernah menjabat sebagai ketua MPRS. Sebagian besar daerah yang dilewati jalan tersebut adalah daerah Ujung Berung atau akronim populernya Uber. Hingga saat ini pun masyarakat Bandung terutama penduduk yang tinggal di Ujung Berung akan lebih familiar dengan sebutan Ujung Berung daripada menyebutkan nama Jalan A.H. Nasution.
Sebetulnya pengubahan nama jalan menjadi nama tokoh daerah atau nasional ini merupakan hal yang bagus untuk menghargai jasa para pahlawan dan tokoh tersebut serta tentu mengenalkan kiprah perjuangan mereka. Tetapi pengubahan nama tanpa memperhatikan nilai historis wilayah tersebut bisa menjadi kontraproduktif dan terkesan percuma ketika akhirnya masyarakat masih tetap memilih menggunakan nama lama.
COMMENTS